top of page

KAJIAN TITIK TEMU

Kajian Titik Temu merupakan program rutin Nurcholis Madjid Society (NCMS). Bermula dari klub kajian agama, saat ini Kajian Titik Temu dilakukan di berbagai daerah untuk mengkaji ideologi Pancasila dan nilai-nilai kemanusiaan. Berikut ini merupakan beberapa program kolaborasi kami:

MENGGALI AKAR RADIKALISME DAN INTOLERANSI

MENGGALI AKAR RADIKALISME DAN INTOLERANSI

Nurcholish Madjid Society (NCMS) bersama Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU) dan Yayasan Indonesia Sejahtera Barokah (YISB) menggelar Kajian Titik Temu dengan tema "Menggali Akar Radikalisme dan Intoleransi di Indonesia". Diskusi yang diadakan pada 25 Oktober 2018 ini bertujuan untuk menggali akar persoalan radikalisme dan intoleransi di Indonesia, serta upaya yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.

Omi Komaria Madjid, Ketua Dewan Pembina NCMS mengatakan bahwa radikalisme dan intoleransi dapat diatasi dengan mengajak semua elemen bangsa untuk bersikap rendah hati dalam beragama. Ahmad Ishomuddin menambahkan, masyarakat pemeluk agama di Indonesia harus kembali pada ajaran agamanya masing-masing, yang mengajarkan kebaikan dan cinta kasih dalam hidup.

PRAKTIK PANCASILA DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Kajian Titik Temu yang awalnya hanya klub kajian agama saat ini sudah berkembang dan dilakukan di berbagai daerah. Kajian Titik Temu yang bertajuk ‘Praktik Pancasila dalam Dunia Pendidikan’ bertujuan agar tenaga pendidik dan seluruh civitas akademika agar bisa lebih banyak mendengar dan terbuka dengan ragam perbedaan terutama di lingkungan sekolah atau universitas.

MEMBANGUN MANUSIA INDONESIA DALAM PRESPEKTIF PANCASILA

Kajian Titik Temu yang diselenggarakan di Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya tanggal 20 November 2019 diikuti sejumlah tokoh dari organisasi Islam terbesar di Indonesia, seperti dari PBNU, PP Muhammadiyah hingga Jaringan Gusdurian. Berkolaborasi dengan Nurcholis Madjid Society (NCMS) diskusi ini diharapkan dapat memupuk persatuan, memperkuat nilai-nilai Pancasila dan multikulturalisme.

“Salah satu cara agar persatuan tidak renggang adalah dengan berinteraksi di luar ‘lingkaran’ suatu kelompok saja. Ini akan memberikan pandangan baru dan memupuk toleransi”, ujar Inayah Wahid, putri dari Presiden Indonesia ke-4, yakni Abdurrahman Wahid.

bottom of page